Ayam Kalosi adalah jenis ayam lokal yang dikembangkan di Indonesia sekitar tahun 1990-an oleh Pemerintah Sulawesi Selatan untuk meningkatkan kualitas genetik dan produktifitas ayam lokal yang dikata pemerintah kondisinya kurang dilestarikan dan ditakutkan menghilang dan punah.
Ayam kalosi yang dikembangkan oleh pemerintah Sulawesi, tepatnya Gubernur Sulawesi Selatan kala itu (HZB Palaguna) terdiri atas 3 jenis, yaitu: Kalosi Lotong (hitam), Kalosi Pute (putih) dan Karame Pute (Wido-Putih). Kadang ayam ini juga disebut ayam gubernur oleh kalangan tertentu.
Ayam sentul-Ditjennak.pertanian.go.id |
Uniknya, pengembangan ayam kalosi melibatkan ayam Kampung, Arab Silver, Bangkok, Kedu Hitam, Leghorn Putih dan lain-lain yang memiliki sifat sifat khusus sehingga pembentukan strain ayam Kalosi ini tergolong rumit. Ditambah, persilangan ayam lokal dengan import seperti Bangkok leghorn dan ayam arab.
Proses kawin silang ayam lokal dengan ayam introduksi ternyata berhasil meningkatkan performans turunannya yang kita kenal dengan ayam kalosi. Ayam kalosi lebih cepat bertelur (135-150 hari) dibanding ayam kampung (paling cepat 150 hari) dan masa bertelur juga cukup panjang. Pada umur 24-30 bulan ayam kalosi masih dapat menghasilkan telur sekitar 30% Hen Day.
Tidak hanya produksi telur, pertumbuhan ayam kalosi lebih cepat dibandingkan ayam kampung, pada umur 3 bulan bobot ayam kalosi telah mencapai 900 g (karame pute), 850 g untuk kalosi pute, dan 800 g untuk kalosi lotong. Ketiganya cukup prospektif dikembangkan sebagai bibit ayam potong lokal unggul terutama karame pute.
Kalosi tergolong tipe dwiguna, bisa dijadikan ayam potong dan ayam petelur. Produksi telur rata- rata per tahun sekitar 170 butir untuk kalosi lotong, 180 butir untuk kalosi pute dan 160 butir untuk karame pute. Produksi telur tersebut masih lebih tinggi dibanding ayam kampung yang hanya mencapai 115 butir/tahun, namun masih kalah dengan produksi telur ayam ras dapat mencapai 259 butir/tahun dan ayam kedu 215 butir/tahun.
Karateristik ayam kalosi sebagai ayam petelur yang meliputi ukuran telur, bentuk, warna kulit telur, dan warna serta ukuran kuning telur ayam kalosi cukup memenuhi selera konsumen lokal yang selama ini terbiasa mengkonsumsi telur ayam kampung. Hanya perlu pengembangan pemasaran telur untuk dapat bersaing dengan ayam ras petelur.
Artikel tentang ayam kalosi dan kaaraktersitiknya merupakan salah satu upaya pengembangan dan pelestarian jenis ayam lokal. Artikel ini dirangkum dari jurnal tentang performa ayam kalosi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).2011.Performans ayam Kalosi di Sulawesi Selatan. Dinas Peternakan Sulawesi Selatan. Terima kasih semoga bermanfaat.