Kegagalan Dalam Budidaya Jamur Tiram

Pembusukan baglog
Dalam pembuatan baglog jamur tiram, seringkali timbul yellow spot, green spot, gagal menumbuhkan miselium, perkembangan miselium lambat, baglog membusuk, dsb.

Kegagalan ini sebenarnya disebabkan oleh berbagai macam faktor, memang faktor kegagalan ini harus juga diperhitungkan agar kita siap dalam mengantisipasinya.
Seringkali faktor sterilisasi media dianggap sebagai satu-satunya sebab dalam kegagalan.

Padahal proses sterilisasi media hanya merupakan salah satu penyebab saja. Dalam berbagai analisa rekan-rekan, literatur, pengalaman, faktor-faktor kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam sebab. Posting kali ini mencoba sedikit menganalisa sebab-sebab tersebut dan sedikit antisipasinya.
Jika dari sahabat dan rekan-rekan memiliki pengalaman yang lain kami mohon kritik, saran, dan tentunya feedback nya agar juga menambahkan posting ini.

Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya.

Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya

Faktor PH
Dalam pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus diperhatikan dengan benar di kisaran 7. PH yang terlalu basa (poin 7 keatas hingga 8) akan menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH ini lah, dalam budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan dari masing-masing pebudidaya memang lain-lain, tapi tujuannya satu yaitu menurunkan PH serbuk gergajian. Metoda itu antara lain:
- Setelah mencampur, dibiarkan semalam, lalu baru dimasukkan ke dalam kantong baglog
- Dengan mencampurkan EM4 untuk mempercepat pengomposan
- Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu dibiarkan minimal 3 minggu untuk pengomposannya.

Penting sekali untuk memeriksa kondisi PH ini sebelum dimasukkan ke dalam kantong. Pemeriksaan bisa dengan PH meter atau kertas lagmus. Ada pengalaman dari rekan-rekan, jika PH masih di kisaran 7,5 - 8, campuran diberi sedikit campuran air cuka.. lalu diperiksa kembali, setelah PH di sekitar 7, baru dimasukkan ke dalam kantong.

Faktor AIR
Dalam menambahkan kadar air, seringkali kita memang tidak memeriksa air yang digunakan. Ada yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau malah air kali biasa. Kandungan kimia pada air tersebut terkadang tidak kita ketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa menggagalkan dalam proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara sederhana untuk mengatasinya adalah, air yang akan kita gunakan hendaknya diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan arang untuk menetralisir dan memurnikan air.

Faktor campuran yang kurang baik
Kadar dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pebudidaya, tetapi rata-rata menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada yang maksimal hingga 20% dari berat gergajian. Nutrisi yang kami maksud di sini adalah perbandingan bekatul atau jagung.
Pastikan bahan yang digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya kualitasnya juga harus baik.
Penting sekali untuk segera melakukan sterilisasi setelah campuran dimasukkan ke dalam kantong baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik, akan timbul gas fermentasi yang dapat melambatkan tingkat kecepatan tumbuh miselium nantinya, atau bahkan menghentikannya sama sekali.

Faktor sterilisasi
Nah.. faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodanya banyak sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton, plat baja. Ada yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 100 derajat C dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah ditanamkan bibit di dalamnya.

Faktor kesalahan dalam inokulasi

Faktor kesalahan dalam inokulasi

Dalam melakukan inokulasi bibit jamur tiram putih, kondisi baglog setelah melalui proses sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas. Suhu baglog yang masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan kegagalan. Suhu yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat sedikit, tapi tidak panas). Jangan pula misalnya sudah lebih dari 2 hari keluar dari steamer proses sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini sudah terlalu dingin. Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini, walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah terpantau dengan menyebarnya pengapasan.

Faktor bibit jamur yang kurang baik

Perhatikan faktor bibit yang kurang baik
Bibit Jamur yang baik
Bibit jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini sangat menentukan keberhasilan. Jangan menggunakan bibit yang sudah terlalu tua. Itu sebabnya sebaiknya jika membeli bibit, janganlah yang kondisi sudah 100% miseliumnya, karena kita sendiri tidak tahu sudah berapa lama umur bibit itu sendiri. Bibit yang sudah terlalu tua (apalagi sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik.
Dalam membeli bibit sebaiknya dalam kondisi 70% atau 80% miseliumnya. Dan segera digunakan setelah miselium menyelimuti botol (100%). Jika masih tertunda penggunaannya, maksimal seminggu setelah miselium bibit mencapai 100% sudah harus digunakan.
Dalam pembuatan bibit juga perlu diperhatikan dengan baik sejak dari proses di PDA. Jika perkembangan miselium di PDA sangat tebal dan bagus, InsyaALLAH selanjutnya jika diturunkan ke F1 dan F2 akan bagus terus. Contoh PDA yang bagus seperti pada foto botol sebelah kiri.

Komposisi bibit

komposisi bibit yang baik dipenuhi miselium

Ada baiknya kita juga tahu komposisi nutrisi dari bibit yang akan kita gunakan. Komposisi nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan kualitas kekuatan miselium dalam perkembangan di baglog nantinya. Indikasi sederhananya dapat terlihat pada warna putih miselium di botol bibit. Jika putihnya berwarna sangat putih, ini mengindikasikan nutrisi nya baik, tapi jika warna putihnya hanya semu saja, ini mengindikasikan nutrisi yang digunakan kurang.

Faktor kebersihan ruang inkubasi
Pada ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati dengan baik, dan perkembangan miselium juga baik, tetali karena ruang inkubasi kurang bersih, perkembangan miselium justruk menjadi lambat dan malah terhenti sama sekali. Ada baiknya ruang inkubasi secara rutin dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan formalin 2% sebelum diisi baglog, ini untuk meyakinkan bersih dan sterilnya ruang inkubasi itu sendiri.